ABAD ini merupakan diamond era bagi dunia pariwisata di seluruh penjuru dunia. Pariwisata bagaikan berlian yang berkilau seiring meningkatnya kemakmuran masyarakat dan kebutuhan untuk menyegarkan diri dari kepenatan rutinitas. Bagi suatu negara, pariwisata akan mendatangkan devisa tanpa harus mengorbankan sumber daya alam (SDA) dan merupakan komoditi yang tak pernah habis dikonsumsi.
Tionghoa (China) merupakan contoh monumental bagi kedigdayaan pariwisata. Bila dirupiahkan, negara ini berhasil mengeruk penghasilan ratusan triliun rupiah per tahun dari sektor ini. Angka tersebut mendekati total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) negara kita, sementara di Indonesia sendiri, kita sibuk memompa migas (minyak dan gas) dan merusak lingkungan lewat penambangan serta pembabatan hutan untuk membiayai belanja negara. Sungguh memprihatinkan!
Padahal, pengelola kepariwisataan hanya mengeksploitasi keindahan alam suatu daerah atau keragaman budayanya, tanpa mengurangi apa pun yang disediakan oleh alam. Kekuatan pariwisata dalam menyedot devisa negara terletak dari kemampuan pengelola dalam mengemas dan memasarkan objek wisata kepada para wisataan.
Sektor pariwisata memang tak akan ada habisnya jika diperbincangkan. Selain berperan menjaga dan melestarikan warisan budaya leluhur, pariwisata juga mampu menjadi penopang dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Betapa tidak, pariwisata mampu mendulang uang demi peningkatan kesejahteraan masyarakatnya sepanjang dikelola dengan baik.
Untuk mengelola sektor ini dibutuhkan kreativitas, dan intuisi dari berbagai stake holders, maklum, sektor ini memiliki tingkat tantangan dan kerumitan tersendiri. Jika pariwisata tidak dikemas dan dikelola dengan baik, bisa menjadi dua sisi mata pisau yang mampu memberikan dampak positif dan sekaligus dampak negatif.
Di sinilah latak peran pemerintah yang ditopang dengan dukungan seluruh stake holders; pemilik industri pariwisata, ulama, akademisi, masyarakat dan lain sebagainya untuk selalu memberikan filterisasi terhadap perkembangan dan pengembangan sektor pariwisata.
Maka tepatlah Visi Kota Makassar yang dibahterai, Ilham Arief Sirajuddin-Supomo Guntur; “Makassar menuju kota dunia dengan tetap berlandaskan kearifan lokal”. Akselerasi perkembangan sektor pariwisata bisa saja berkembang dari berbagai lini, namun jangan pernah melupakan warisan leluhur dan religiusitas dalam mengimbangi perkembangan tersebut. Modernisasi boleh saja, tapi modernisasi yang berbudaya, sehingga warga Makassar, dan Sulawesi Selatan pada umumnya tidak keghilangan karakter yang sesungguhnya. Karakter yang saya maksud, sipakatau, sipakalebbi, mali siparappe, rebba sipatokkong.
****
Sadar akan pentingnya sektor pariwisata dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, maka Kota Makassar berusaha semaksimal mungkin untuk mengembangkan sektor ini. Pada 2011 mendatang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Makassar sebagai leading sector akan menggelar program Visit Makassar 2011. Program ini bukan lahir secara instan, tapi butuh proses yang begitu panjang demi mengembalikan citra kepariwisataan di Kota Makassar.
Visit Makassar 2011 mendatang adalah embrio dari Visit Losari yang setiap tahunnya menjadi kalender event pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Makassar. Program ini lahir, bukan saja sebagai wujud apresiasi Pemerintah Kota Makassar untuk menopang program Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI Visit Indonesia setiap tahunnya, namun program ini adalah sebuah hasil refleksi dari berbagai pihak untuk mengembalikan kejayaan pariwisata di Provinsi Sulawesi Selatan, terkhusus di Kota Makassar yang pernah jaya pada era 1990-an sebelum Indonesia dilanda multi krisis.
Bukan hanya untuk skop Kota Makassar dan Provinsi Sulawesi Selatan, akan tetapi program Visit Makassar 2011 nantinya akan menjadi trigger pendorong utama untuk kemajuan dunia pariwisata di Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Karena Kota Makassar bukan saja telah menjadi pintu gerbang untuk Kawasan Timur Indonesia, tapi telah menjadi living room bagi KTI. Ini berarti jika Visit Makassar 2011 nantinya berhasil dengan baik, maka insya Allah ini akan menjadi pendorong utama dalam membangkitkan kepariwisataan bukan saja di Sulawesi Selatan, tapi juga di Kawasan Timur Indonesia.
Jika pariwisata di Kota Makassar mampu menggeliat, maka yakin saja, sektor pariwisata lainnya di KTI, seperti di Manado, Ambon, Jayapura bisa merasakan dampaknya. Geliat pariwisata di Kota Makassar memang sudah menampakkan gejalanya, buktinya, data kunjungan wisatawan pada 2009 lalu jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 28.223 orang, jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan pada 2008 sebanyak 24.591 orang. Jumlah ini belum masuk kunjungan wisatawan domestik.
****
Atas semangat ini, dengan kerendahan hati, meminta kepada seluruh pihak terkait atau stake holder untuk mendukung dan ikut menyukseskan Visit Makassar 2011 mendatang. Atmosfer keamanan dan kenyamanan Kota Makassar harus tetap terjaga dan ini dibutuhkan keterlibatan dan peran aktif seluruh pihak; mahasiswa, LSM, tokoh masyarakat, akademisi, aparat keamanan dan lain sebagainya.
Kita wajib memberikan pembuktian terbalik kepada dunia luar bahwa yang telah memberikan justifikasi bahwa Kota Makassar adalah kota yang tidak aman, kota yang tidak nyaman untuk dikunjungi dan lain sebagainya. Sebaliknya, Kota Makassar adalah kota aman, kota nyaman, kota ramah dan kota tanpa anarkisme. Dan saya yakin kita semua bisa melakukan hal itu demi kesuksesan Visit Makassar 2011 dan sekaligus kesuksesan kita bersama meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui sektor pariwisata. Think Different!
Semua pihak, termasuk media massa baik elektronik maupun cetak diharapkan mampu memberikan penjelasan dan suguhan berita kepada khalayak bahwa Kota Makassar adalah kota yang sangat kondusif untuk dikunjungi. Aksi demonstrasi yang kerap terjadi di Kota Makassar adalah sebuah dinamisasi sosial yang masih terkontrol dengan baik. Jika pun ada anarkisme terjadi, itu hanya selebar layar televisi (TV). Makassar masih tetap damai, tentram, nyaman untuk dikunjungi, bahkan lebih dari itu, untuk berinvestasi juga masih sangat kondusif.
***
Agenda yang akan disuguhkan pada Visit Makassar 2011 antara lain; Makassar bazaar, Makassar Seafood Paradise, Makassar culture and Nigth Festival, Underwater Photo Contest, lomba perahu rakyat, Phinisi Art Contest, dan lain sebagainya.
Secara general, dari gambaran kegiatan tersebut di atas Visit Makassar jauh lebih makro dibandingkan Visit Losari. Dan pastinya jauh lebih menarik. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Makassar bekerja sama dengan berbagai pihak terkait, seperti Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Makassar/Sulawesi Selatan, ASITA dan lain sebagainya gencar terus mempromosikan event berskala internasional ini.
Sementara melakukan promosi, seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam lingkup Pemkot Makassar yang terkait juga sedang melakukan pembenahan di berbagai tempat wisata unggulan, antara lain Pulau Samalona, kompleks makam raja-raja Tallo dan lain sebagainya secara bertahap.
Visit Makassar 2011, memiliki target pasar baik nusantara maupun mancanegara. Khusus segmen mancanegara, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata membidik wisatawan dari Eropa seperti Prancis, Belanda, Jerman, Spanyol, Belgia. Untuk Asia, antara lain; Jepang, Malaysia, Singapura, China dan lain sebagainya.
Kesuksesan Visit Makassar 2011 bukan kesuksesan Pemrintah Kota Makassar, tapi kesuksesan seluruh warga Kota Makassar. Karena tujuan acara ini tak lain untuk meningkatkan kunjungan wisatawan yang berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kota Makassar.
Makanya, peran aktif seluruh lapisan masyarakat di Kota Makassar sangat dibutuhkan dalam menyukseskan acara lokal yang bersifat mengglobal ini. Agenda behavior harus tetap menjadi hal utama bagi masyarakat di Kota Makassar, dengan cara setiap individu harus mampu menerapkan sapta pesona dengan baik, yakni; bersih, indah, sejuk, aman, tertib, ramah dan kenangan.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar