FAJAR, MAKASSAR
Oleh: Public Relation Manager Lion Air, Hasyim Arsal Alhabsi
PERESMIAN Bandara Internasional Sultan Hasanuddin berdampak besar pada peningkatan load factor hampir di seluruh maskapai di Indonesia. Keberadaan bandara baru ini juga secara otomatis akan meningkatkan geliat perekonomian di Kawasan Timur Indonesia (KTI), khususnya di Sulsel.Peluang yang harus diperhatikan saat ini adalah pengembangan bandara lokal yang ada di beberapa kabupaten di Sulsel untuk menopang pengoperasian bandara internasional ini.
Karena keberadaan bandara lokal, tidak akan mematikan bandara internasional, begitupun sebaliknya, bandara internasional tidak akan mematikan bandara lokal. Semuanya harus bersinergi.
Bagaimana pelayanan Bandara Sultan Hasanuddin bagi manajemen maskapai? Bagaimana nasib bandara lokal setelah adanya bandara internasional ini? Berikut petikan wawancara wartawan Harian Fajar, Sultan Rakib dengan Public Relation Manager Lion Air, Hasyim Arsal Alhabsi di Hotel Imperial Aryaduta, Jumat 26 September.
Sebagai salah satu pengelola maskapai, bagaimana Anda melihat Bandara Sultan Hasanuddin yang baru ini?
Sangat bagus. Kami sangat mengapresiasi keberadaan bandara baru ini di Sulsel. Ini adalah bandara internasional yang memiliki fasilitas hampir sama dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng Jakarta, bahkan kalah.
Kenapa saya katakan demikian, karakter bangunan fisik bangunan bandara baru Sultan Hasanuddin ini benar-benar mewah, eksklusif, tapi tidak mengabaikan unsur-unsur budayanya.
Desain futuristik dengan paduan ornamen lokal Sulsel tampak jelas mewarnai bandara ini. Lengkungan-lengkungan pada atap terminal menggambarkan ombak sebagai semangat masyarakat Bugis-Makassar. Tiang di lengkungan utama menyerupai kepala kapal phinisi. Langit-langit terminal mengambil motif kain sulam Mandar.
Pelayanan bandara ini sudah dirasakan baik para pengguna atau penumpang. Bagaimana dengan pihak maskapai, sejauh mana pelayanan manajemen bandara terhadap maskapai?
Sama dengan palayanan yang diberikan kepada penumpang. Tidak ada penambahan charge atau biaya setelah bandara lama ditinggalkan. Benar-benar pelayanan yang baik untuk kami, khusus di maskapai Lion Air, ya. Saya yakin juga maskapai lain merasakan itu.
Bagaimana dengan biaya pakir pesawat?
Sama, tidak ada penambahan biaya. Pelayanan meningkat, charge sama saja. Ini benar-benar menolong kami karena pelayanan seperti ini secara otomatis meningkatkan load factor.
Fasilitas yang dimiliki bandara ini seperti enam garbarata. Sampai kapan jumlah ini tidak kewalahan karena meningkatnya traffic flight?
Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa pada 2011 mendatang garbarata sebanyak enam buah ini sudah kewalahan, karena semakin tingginya traffic di Bandara Sultan Hasanuddin ini. Makanya, saya sudah berkali-kali mengatakan kepada berbagai pihak bahwa pemerintah harus melakukan pengembangan bandara Sultan Hasanuddin paling lambat 2011 mendatang.
Kenapa Anda begitu yakin bisa memastikannya?
Saya katakan karena untuk ukuran Lion Air saja sudah terbang ke Makassar 48 kali in dan out setiap harinya. Tahun depan 2009 mendatang ini akan bertambah menjadi 80 kali in and out flight. Belum lagi maskapai lainnya yang ada di Indonesia dan maskapai internasional yang menuju ke Bandara Sultan Hasanuddin Makassar.
Pada 2011 mendatang, Lion Air sudah menargetkan memiliki di atas 100 kali in and out flight. Memang sangat membutuhkan pengembangan Bandara Sultan Hasanuddin tahun 2011 akan datang. Kalau tidak bandara ini akan kewalahan karena traffic flight akan meningkat setelah peresmian bandara Sultan Hasanuddin ini.
Bagaimana Anda melihat masalah lingkungan di sekitar bandara baru ini, termasuk penghijauan?
Seperti yang dikatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) masalah penghijauan masih tergolong lemah di sekitar bandara ini. Inilah yang harus menjadi perhatian pihak pengelola bandara Sultan Hasanuddin.
Memang kami mengakui bahwa masalah penghijauan itu sangat sulit dan membutuhkan waktu. Saya pikir saat ini pengelola bandara sudah memulai penghijauan itu. Untuk menopang keberadaan bandara ini dibutuhkan pengembangan bandara lokal yang ada di beberapa kabupaten di Sulsel.
Maksud Anda?
Ya, bandara Sultan Hasanuddin akan semakin hidup jika ditopang dengan eksistensi bandara-bandara lokal di beberapa kabupaten di Sulsel. Jangan pernah berpikiran bahwa keberadaan bandara internasional akan mematikan bandara lokal. Begitupun sebaliknya, bandara lokal tidak akan mematikan bandara internasional yang telah diresmikan ini.
Mereka justru sepeti supermarket yang saling menopang dan tidak akan saling mematikan. Makanya, hal utama yang harus diperhatikan sekarang bagaimana mengoptimalkan dan mengembangkan bandara-bandara lokal yang ada di kabupaten di Sulsel.
Tidak menutup kemungkinan, sejumlah maskapai penerbangan akan membuka rute penerbangan di kabupaten di Sulsel, seperti Palopo, Luwu, Selayar, Tana Toraja dan lain sebagainya.
Pengembangan ini tanggung jawab siapa?
Tentu tanggung jawab pemerintah. Seperti yang dikatakan SBY juga dalam sambutannya saat peresmian bandara menyebutkan untuk pembangunan infrastruktur dibutuhkan dua hal,
yakni keterlibatan penuh pemerintah dengan mnenggunakan anggaran pemerintah melalui APBN atau APBD daerah tersebut. Kedua, tentu dengan mendatangkan investor yang bisa membangun infrastruktur di Sulsel.
Bagaimana Anda melihat eksisting beberapa bandara lokal saat ini di Sulsel?
Bagus, cuma masih perlu optimalisasi dan perbaikan infrastruktur. Kalau infrastruktur bagus, maka secara otomatis akan menarik investor dan menarik maskapai untuk membuka rute di wilayah tersebut. ( sultan@fajar.co.idThis e-mail address is being protected from spam bots, you need JavaScript enabled to view it )
Quote this article in website
Related articles
Tidak ada komentar:
Posting Komentar